Laman

Senin, 08 April 2013

Tahap Perkembangan Kepribadian


1.       Sigmunt Freud

freud merupakan psikolog pertama yang menekankan aspek-aspek perkembangan kepribadian dan terutama menekankan peranan menentukan dari tahun-tahun awal masa bayi dan kanak-kanak dalam meletakkan struktur watak dasar sang pribadi. Kepribadian berkembang sebagai respon terhadap empat sumber tegangan pokok, yakni : (1) proses-proses pertumbuhan fisiologis (2) frustasi-frustasi (3) konflik-konflik (4) ancaman-ancaman. Identifikasi dan pemindahan (displacement) adalah dua cara yang digunakan individu untuk belajar mengatasi frustasi-frustasi, konflik-konflik, dan kecemasan-kecemasan.
Identifikasi dapat didefinisikan sebagai metode yang digunakan orang untuk mengambil alih ciri-ciri orang lain dan menjadikannya bagian yang tak terpisahkan dari kepribadiannya sendiri. Orang  belajar mereduksikan tegangan dengan cara bertingkah laku seperti tingkah laku orang lain. Freud lebih suka memakai istilah identifikasi daripada imitasi karena ia berpendapa bahwa imitasi mengandung arti sejenis peniruan tingkah laku yang bersifat dangkal dan sementara padahal ia menginginkan suatu kata mengandung pengertian tentang sejenis pemerolehan (acquisition) yang kurang lebih bersifat permanen pada kepribadian.
Anak mengidentifikasikan diri dengan orangtuanya karena orangtuanya tampak mahakuasa, sekurang-kurangnya selama tahun-tahun masa kanak-kanak awal. Ketika anak-anak bertambah beasar, mereka menemukan orang-orang lain yang prestasi-prestasinya lebih sejalan dengan hasrat-hasrat baru mereka untuk diidentifikasi. Terdapat coba-coba (trial and error) dalam proses identifikasi karena baisanya orang tidak tahu dengan psti apa yang terdapat pada orang lain yang menyebabkan keberhasilannya. Ujain terakhir adalah apakah identifikasi itu membantu mereduksikantegangan; jika ya maka kualitas itu diambil alih, kalau tidak, maka akan dibuang. Orang –orang dapat mengidentifikasikan diri dengan bintang-bintang, tokoh khayalan, lembaga-lembaga, gagasan-gagasan abstrak, benda-benda mati maupun manusia–manusia lain.
Apabila objek asli yang dipilih insting tidak dapat dicapai karena adanya rintangan baik dari luar maupun dari dalam (anti kateksis), maka suatu kateksis yang baru akan terbentuk, kecuali jika terjadi suatu represi yang kuat. Apabila kateksis yang baru itu juga terhalang, maka akan terjadi pemindahan lain, demikian seterusnya, sampai ditemukan objek yang mampu sedikit mengurangi tegangan yang tak tersalukan. Suatu pemindahan yang menghasilkan prestasi kebudayaan yang lebih tinggi disebut sublimasi.







Freud membagi beberapa fase perkembangan kepribadian dalam beberapa fase:

a.  Fase Oral
Pada tahap oral, sumber utama bayi interaksi terjadi melalui mulut, sehingga perakaran dan refleks mengisap adalah sangat penting. Mulut sangat penting untuk makan, dan bayi berasal kesenangan dari rangsangan oral melalui kegiatan memuaskan seperti mencicipi dan mengisap

b. Fase Anal
Pada tahap anal, Freud percaya bahwa fokus utama dari libido adalah pada pengendalian kandung kemih dan buang air besar. Konflik utama pada tahap ini adalah pelatihan toilet – anak harus belajar untuk mengendalikan kebutuhan tubuhnya. Menurut Sigmund Freud, keberhasilan pada tahap ini tergantung pada cara di mana orang tua pendekatan pelatihan toilet.

c. Fase Phalic
Pada tahap phallic , fokus utama dari libido adalah pada alat kelamin. Anak-anak juga menemukan perbedaan antara pria dan wanita. Freud juga percaya bahwa anak laki-laki mulai melihat ayah mereka sebagai saingan untuk ibu kasih sayang itu

d. Fase Latent
Periode laten adalah saat eksplorasi di mana energi seksual tetap ada, tetapi diarahkan ke daerah lain seperti pengejaran intelektual dan interaksi sosial. Tahap ini sangat penting dalam pengembangan keterampilan sosial dan komunikasi dan kepercayaan diri.

e. Fase Genital
Pada tahap akhir perkembangan psikoseksual, individu mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis. Dimana dalam tahap-tahap awal fokus hanya pada kebutuhan individu, kepentingan kesejahteraan orang lain tumbuh selama tahap ini.


2.       Erik erison


Man the un-known” (manusia adalah makhluk yang misteri) demikian di ungkapkan oleh Alexis Carel ketika menggambarkan ketidaktuntasan pencarian hakikat manusia oleh para ahli. Banyak ikhtiar akademis yang dilakukan oleh para ahli saat ingin memapar siapa sesungguhnya dirinya. Ilmu-ilmu seperti filsafat, ekonomi, sosiologi, antropologi juga psikologi dan beberapa ilmu lainnya adalah ilmu yang membahas tentang manusia dengan perspektif masing-masing.
Erik Erikson adalah salah satu diantara para ahli yang melakukan ikhtiar itu. Dari perspektif psikologi, ia menguraikan manusia dari sudut perkembangannya sejak dari masa 0 tahun hingga usia lanjut. Erikson beraliran psikoanalisa dan pengembang teori Freud. 
Kelebihan yang dapat kita temukan dari Erikson adalah bahwa ia mengurai seluruh siklus hidup manusia, tidak seperti Freud yang hanya sampai pada masa remaja. Termasuk disini adalah bahwa Erikson memasukkan faktor-faktor sosial yang mempengaruhi perkembangan tahapan manusia, tidak hanya sekedar faktor libidinal sexual.
Pusat dari teori Erikson mengenai perkembangan ego ialah sebuah asumpsi mengenai perkembangan setiap manusia yang merupakan suatu tahap yang telah ditetapkan secara universal dalam kehidupan setiap manusia. Proses yang terjadi dalam setiap tahap yang telah disusun sangat berpengaruh terhadap “Epigenetic Principle” yang sudah dewasa/matang. Dengan kata lain, Erikson mengemukakan persepsinya pada saat itu bahwa pertumbuhan berjalan berdasarkan prinsip epigenetic. Di mana Erikson dalam teorinya mengatakan melalui sebuah rangkaian kata yaitu :
1.         Pada dasarnya setiap perkembangan dalam kepribadian manusia mengalami keserasian dari tahap-tahap yang telah ditetapkan sehingga pertumbuhan pada tiap individu dapat dilihat/dibaca untuk mendorong, mengetahui, dan untuk saling mempengaruhi, dalam radius soial yang lebih luas.
2.         Masyarakat, pada prinsipnya, juga merupakan salah satu unsur untuk memelihara saat setiap individu yang baru memasuki lingkungan tersebut guna berinteraksi dan berusaha menjaga serta untuk mendorong secara tepat berdasarkan dari perpindahan didalam tahap-tahap yang ada.

  Konsep Dasar Kepribadian

Erik Erikson adalah seorang psikolog yang merupakan murid dari Sigmund Freud seorang tokoh psikoanalitik. Erikson mengambil psikoanalitik sebagai dasar teorinya namun ia mengikut sertakan pengaruh-pengaruh sosial individu dalam perkembangannya. Berbeda dengan Freud yang berpendapat bahwa pengalaman masa kanak-kanak, terutama di lima tahun awal, yang mempengaruhi kepribdian seseorang ketika dewasa. Erikson berpendapat bahwa masa dewasa bukanlah sebuah hasil dari pengalaman-pengalaman masa lalu tetapi merupakan proses kelanjutan dari tahapan sebelumnya.
Erik Erikson membantah ide Freud yang mengatakan bahwa identitas sudah ditentukan dan terbentuk sejak kanak-kanak, pada usia lima atau enam tahun. Erikson berpendapat bahwa pembentukan identitas merupakan proses yang berlangsung seumur hidup.
Manusia adalah makhluk yang unik dan menerapkan system terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selaulu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk social, untuk mencapai kepuasana dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal positif .
Konsep dasar kepribadian manusia menurut Erik Erikson tidak hanya dipengaruhi oleh keinginan/dorongan dari dalam diri individu, tapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar, seperti adat, budaya, dan lingkungan tempat dimana kepribadian individu berkembang dengan menghadapi serangkaian tahapan-tahapan sejak manusia lahir (bayi) hingga memasuki usila lanjut usia (masa dewasa akhir).

    Struktur Kepribadian
Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa Erikson dalam mengembangkan teorinya mengambil dasar dari teori psikoanalitik Freud, namun Erik Erikson tidak sependapat dengan  Freud yang mengatakan bahwa reaksi masa dewasa adalah hasil dari pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak, khususnya di usia 5 sampai 6 tahun awal.
Menurut Erikson, lingkungan di mana anak hidup sangat penting untuk memberikan pertumbuhan, penyesuaian, sumber kesadaran diri dan identitas. Erik Erikson percaya bahwa setiap manusia berjalan melalui sejumlah tahap untuk mencapai pembangunan penuhnya, berteori delapan tahap, bahwa manusia melewati dari lahir sampai mati.
Erikson berpendapat bahwa kepribadian manusia tidaklah didorong oleh energi dari dalam, melainkan untuk merespon rangsangan yang berbeda-beda, misalnya indvidu dalam kehidupannya perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Menurut Erikson egolah yang mengembangkan segala sesuatunya. Misalnya kemampuan individu, keadaan dirinya, hubungan sosialnya dan penyaluran minatnya. Seorang individu haruslah memiliki ego yang sehat dan kuat guna merespon kondisi lingkungan sebagai salah satu proses beradaptasi.
Erikson menguraikan tahap genital Freud menjadi remaja dan menambahkan tiga tahap dewasa. Janda Joan Serson Erikson menguraikan pada model sebelum kematiannya, menambahkan tahap kesembilan (umur tua) itu, dengan mempertimbangkan harapan hidup meningkat di budaya Barat. Erikson adalah Neo-Freudian, digambarkan sebagai seorang psikolog ego mempelajari tahap pembangunan yang mencakup seluruh siklus hidup. Setiap tahap Erikson pengembangan psikososial ditandai oleh konflik, untuk yang resolusi sukses akan menghasilkan hasil yang menguntungkan, misalnya, kepercayaan vs ketidakpercayaan dan oleh sebuah peristiwa penting, konflik ini terselesaikan sendiri.

Proses Perkembangan Kepribadian
Proses perkembangan kepribadian menurut Erik Erikson adalah sebuah proses yang berlangsung sejak masa bayi hingga usia lanjut. Proses perkembangan kepribadian tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor internal (dorongan dari dalam diri) tetapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial yang ada dilingkungan dimana individu tumbuh dan berkembang.
Tahapan-tahapan yang dikemukakan oleh Erikson ini menggunakan tahapan perkembangan psikoseksual Freud sebagai dasar teorinya, hal ini terlihat dari lima tahapan pertama yang Erikson ajukan memperlihatkan krisis ego yang sama dengan tahapan psikoanalitik Freud.
Dalam setiap tahapan, Erikson percaya setiap orang akan mengalami konflik/krisis yang merupakan titik balik dalam perkembangan. Erikson berpendapat, konflik-konflik ini berpusat pada perkembangan kualitas psikologi atau kegagalan untuk mengembangkan kualitas itu. Selama masa ini, potensi pertumbuhan pribadi meningkat. Begitu juga dengan potensi kegagalan.

Tahap Perkembangan Hidup Manusia

Menurut Erikson, terdapat delapan tahap perkembangan terbentang ketika kita melampaui siklus kehidupan. Masing-masing tahap terdiri dari tugas perkembangan yang khas dan mengedepankan individu dengan suatu krisis yang harus dihadapi. Bagi Erikson, krisis ini bukanlah suatu bencana, tetapi suatu titik balik peningkatan kerentanan dan peningkatan potensi.
 
         Adapun tingkatan yang dijelaskan oleh Erik Erikson meliputi:

No
Tingkatan
Usia
1
Trust Vs Mistrust
0-1 tahun
2
Autonomy Vs Shame and doubt
1-3 tahun
3
Initiave Vs Guilt
4-5 tahun
4
Industry Vs Inferiority
6-11 tahun
5
Identity Vs Identity Confusion
12-20 tahun
6
Intimacy Vs Isolation
21-40 tahun
7
Generality Vs Stagnation
41-65 tahun
8
Integrity Vs Despair
+65 tahun


1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)
Suatu tahap psikososial pertama yang dialami dalam tahun pertama kehidupan. Suatu rasa percaya menuntut perasaan nyaman secara fisik dan sejumlah kecil ketakutan serta kekuatiran akan masa depan. Kepercayaan pada masa bayi menentukan harapan bahwa dunia akan menjadi tempat tinggal yang baik dan menyenangkan.Ini terjadi pada usia dari lahir sampai satu tahun.
Anak yang mendapatkan kasih sayang dan perlindungan yang cukup dari orangtua atau orang dewasa disekitarnya. Akan mempersepsikan dunia ini sebagai tempat yang aman untuk hidup sehingga ia percaya diri. Rasa kepercayaan menuntut perasaan nyaman secara fisik dan jumlah ketakutan minimal akan masa depan. Kebutuhan-kebutuhan dasar bayi dipenuhi oleh pengasuh yang tanggap dan peka.

2. Otonomi (Autonomy) VS malu dan ragu-ragu (shame and doubt)
Tahap perkembangan kedua yang berlangsung pada masa bayi dan baru mulai berjalan (1-3 tahun). Setelah memperoleh rasa percaya kepada pengasuh mereka, bayi mulai menemukan bahwa perilaku mereka adalah atas kehendaknya. Mereka menyadari kemauan mereka dengan rasa mandiri dan otonomi mereka. Bila bayi cenderung dibatasi maka mereka akan cenderung mengembangkan rasa malu dan keragu-raguan.
Pada usia ini, anak-anak sudah mulai mengenal dunia dengan cara merangkak, berjalan dan sering sekali harus menghadapi konflik dengan orang dewasa di sekitarnya. Sering munculnya berbagai kemauan anak setelah memperoleh kepercayaan dari pengasuh, bayi mulai menemukan bahwa mereka memiliki kemauan yang berasal dari diri mereka sendiri. Mereka menegaskan rasa otonomi atau kemandirian mereka. Mereka menyadari kemauan mereka.

3.Inisiatif (Initiative) vs rasa bersalah (Guilt)
Merupakan tahap ketiga yang berlangsung selama tahun-tahun sekolah. Ketika mereka masuk dunia sekolah mereka lebih tertantang dibanding ketika masih bayi. Anak-anak diharapkan aktif untuk menghadapi tantangan ini dengan rasa tanggung jawab atas perilaku mereka, mainan mereka, dan hewan peliharaan mereka. Anak-anak bertanggung jawab meningkatkan prakarsa. Namun, perasaan bersalah dapat muncul, bila anak tidak diberi kepercayaan dan dibuat mereka sangat cemas.
Ini terjadi pada usia 4 sampai 5 tahun. Pada usia ini anak sudah mulai punya kemampuan motori dan mental yang bagus. Dia juga sudah mulai mengenal dunia luar. Orang tua yang memberikan kesempatan kepada anak ntuk bereksplorasi melalui permainan, maka akan mengembangkan inisiatif dan kreativitas anak.
Ketika anak-anak prasekolah menghadapi dunia sosial yang lebih luas, mereka lebih tertantang dan perlu mengembangkan perilaku yang lebih bertujuan untuk mengatasi tantangan-tantangan ini. Anak-anak diharapkan menerima tanggung jawab yang lebih besar. Namun, perasaan bersalah yang tidak menyenangkan dapat muncul jika anak-anak tidak bertanggung jawab dan dibuat merasa terlalu cemas.

4.      Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri)
Berlangsung selama tahun-tahun sekolah dasar. Tidak ada masalah lain yang lebih antusias dari pada akhir periode masa awal anak-anak yang penuh imajinasi. Ketika anak-anak memasuki tahun sekolah dasar, mereka mengarahkan energi mereka pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual. Yang berbahaya pada tahap ini adalah perasaan tidak kompeten dan tidak produktif.
Ketika anak mulai masuk SD, dia sudah bisa merasakan nilai sebuah prestasi. Orang tua yang memotivasi anak untuk berprestasi ini akan mengembangkan kapasitas industri. Tidak ada masalah lain yang lebih antusias dari pada akhir periode masa awal anak-anak yang penuh imajinasi. Ketika anak-anak memasuki tahun-tahun sekolah dasar, mereka mengarahkan energi mereka pada penguasaan pengetahuan dan ketrampilan intelektual yang berbahaya pada tahap ini adalah perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif.

5.      Identity vs identify confusion (identitas vs kebingungan identitas)
Tahap kelima yang dialami individu selama tahun-tahun masa remaja. Pada tahap ini mereka dihadapkan oleh pencarian siapa mereka, bagaimana mereka nanti, dan ke mana mereka akan menuju masa depannya. Satu dimensi yang penting adalah penjajakan pilihan-pilihan alternatif terhadap peran. Penjajakan karir merupakan hal penting. Orangtua harus mengijinkan anak remaja menjajaki banyak peran dan berbagai jalan. Jika anak menjajaki berbagai peran dan menemukan peran positif maka ia akan mencapai identitas yang positif. Jika orangtua menolak identitas remaja sedangkan remaja tidak mengetahui banyak peran dan juga tidak dijelaskan tentang jalan masa depan yang positif maka ia akan mengalami kebingungan identitas.
Individu dihadapkan pada temuan siapa mereka, bagaimana mereka kira-kira nantinya, dan ke mana mereka menuju dalam kehidupannya. Satu dimensi yang penting ialah penjajakan pilihan-pilihan alternatif terhadap peran. Penjajakan karir merupakan hal penting. 

 6. Intimacy vs isolation (keintiman vs keterkucilan)
Individu menghadapi tugas perkembangan pembentukan relasi yang akrab dengan orang lain. Erikson menggambarkan keakraban sebagai penemuan diri sendiri, tetapi kehilangan diri sendiri pada diri orang lain.
Tahap keenam yang dialami pada masa-masa awal dewasa. Pada masa ini individu dihadapi tugas perkembangan pembentukan relasi intim dengan orang lain. Saat anak muda membentuk persahabatan yang sehat dan relasi akrab yang intim dengan orang lain, keintiman akan dicapai, kalau tidak, isolasi akan terjadi.
Masa Dewasa Awal (Young adulthood) ditandai adanya kecenderungan intimacy – isolation. Kalau pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok sebaya, namun pada masa ini ikatan kelompok sudah mulai longgar. Mereka sudah mulai selektif, dia membina hubungan yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya.

7.      Generativity vs Stagnation (Bangkit vs Stagnan)
 Persoalan utama ialah membantu generasi muda dalam mengembangkan dan mengarahkan kehidupan yang berguna. Tahap ketujuh perkembangan yang dialami pada masa pertengahan dewasa. Persoalan utama adalah membantu generasi muda mengembangkan dan mengarahkan kehidupan yang berguna (generality). Perasaan belum melakukan sesuatu untuk menolong generasi berikutnya adalah stagnation.
Masa dewasa (dewasa tengah) berada pada posisi ke tujuh, dan ditempati oleh orang-orang yang berusia sekitar 30 sampai 60 tahun. Masa Dewasa (Adulthood) ditandai adanya kecenderungan generativity-stagnation. Sesuai dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya.
Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu sangat luas, tetapi dia tidak mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk mengerjakan atau mencapai hal– hal tertentu ia mengalami hambatan.
Apabila pada tahap pertama sampai dengan tahap ke enam terdapat tugas untuk dicapai, demikian pula pada masa ini dan salah satu tugas untuk dicapai ialah dapat mengabdikan diri guna keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generativitas) dengan tidak berbuat apa-apa (stagnasi).
Generativitas adalah perluasan cinta ke masa depan. Sifat ini adalah kepedulian terhadap generasi yang akan datang. Melalui generativitas akan dapat dicerminkan sikap memperdulikan orang lain. Pemahaman ini sangat jauh berbeda dengan arti kata stagnasi yaitu pemujaan terhadap diri sendiri dan sikap yang dapat digambarkan dalam stagnasi ini adalah tidak perduli terhadap siapapun.

8.      Integrity vs despair (integritas vs putus asa)
Individu menoleh masa lalu dan mengevaluais apa yang telah mereka lakukan dalam kehidupan mereka. Menoleh kembali kemasa lalu dapat bersifat positif (keutuhan) atau negarif (putus asa). Tahap kedelapan yang dialami pada masa dewasa akhir. Pada tahun terakhir kehidupan, kita menoleh ke belakang dan mengevaluasi apa yang telah kita lakukan selama hidup. Jika ia telah melakukan sesuatu yang baik dalam kehidupan lalu maka integritas tercapai. Sebaliknya, jika ia menganggap selama kehidupan lalu dengan cara negatif maka akan cenderung merasa bersalah dan kecewa.
 Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap usia senja yang diduduki oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke atas. Masa hari tua (Senescence) ditandai adanya kecenderungan ego integrity – despair. Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Pribadi yang telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang mendekati akhir. Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang akan dicapainya tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan untuk dapat dicapai. Dalam situasi ini individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus berprestasi masih ada, tetapi pengikisan kemampuan karena usia seringkali mematahkan dorongan tersebut, sehingga keputusasaan acapkali menghantuinya.



3.       Gordon Allport
Kepribadian manusia menurut Allport adalah organisasi yang dinamis dari system psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik atau khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kemudian Allport juga berpendapat bahwa kepribadian yang neurotis dan kepribadian yang sehat merupakan hal yang mutlak terpisah. Namun dalam hal ini tang menjadi kelebihan Allport adalah tentang antisipasi, Dalam teori Allport antisipasi adalah penting untuk menentukan siapa dan apakah kita ini, dalam membentuk identitas diri kita. Allport selalu mementingkan adanya sifat, kompleks dan khas dari tingkah laku manusia. Semua itu memiliki dasar / kesatuan / unitas. Tingkah laku yang disadari adalah yang terpenting. Dan juga mementingkan ego / self . Menurutnya,self merupakan satu-satunya sepribadian yang sebenarnya. Dengan kata lain self dibentuk melalui deferiensiasi medan fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai orang tertentu serta dari distorsi pengalaman.
Self bersifat integral dan konsisten. Pengalaman yang tidak sesuai dengan struktur self dianggap ancaman dan self dapat berubah sebagai akibat kematangan biologic dan belajar. Konsep self menggambarkan konsepsi mengenai dirinya sendiri, ciri-ciri cerdas, menyenangkan, jujur, baik hati dan menarik.
●      Struktur dan dinamika kepribadian
Di teori lain, struktur dan dinamika dibahas secara terpisah. Namun oleh allport semua itu dinyatakan dalam bentuk sifat. Antara struktur dan dinamika itu sama. Sifat adalah penekanan teori allport sehingga sering disebut dengan traits psychology.
Organisasi dinamik menekankan bahwa kepribadian selalu berkembang dan berubah. Psikofisis menunjukan bahwa kepribadian bukan hanya mental dan neural, namun jiwa dan raga menjadi suatu kesatuan pribadi. Kepirbadian individu dipengaruhi oleh kepribadian masing masing dari istilah menentukan. Yang dimaksudkan dengan khas / unik adalah allport memberi penekanan pada individualitas, bahwa tidak ada 2 orang yang benar benar sama dalam hal kepribadian. Kepribadian itu memiliki arti sebagai adaptasi / penyesuaian diri dengan lingkungan.
v  Watak mengisyaratkan norma tingkah laku tertentu dimana individu akan dinilai perilakunya. Watak sebagai kepribadian yang di evaluasi dalam arti normatif. Watak yang baik adalah watak yang sesuai dengan norma yang berlaku.
v  Temperamen biasanya menunjuk pada disposisi disposisi yang erat kaitannya dengan faktor faktor biologis / fisiologis dan sedikit sekali mengalami perubahan dalam perkembangan dan memiliki peran yang besar dibanding aspek aspek lain.Temperamen adalah gejala karakteristik dari sifat individu , termasuk mudah tidaknya kena rangsangan emosi , cepat / tidak berekasi, kualitas hidup. Bergantung pada faktor konstitusional, terutama keturunan.
v   Sifat adalah sistem neuropsikis yang digeneralisasikan. Sifat memiliki eksistensi dalam diri individu. Sifat dibedakan dengan habits. Kebiasaan merupakan kecenderungan kecenderungan bersifat menentuka. Sifat merupakan sifat gabungan dari beberapa kebiasaan. Menurut allport, sifat dan sikap adalah predisposisi untuk merespon dan khas , dapat membimbing tingkah laku, merupakan hasil belajar dan faktor genetis.
v  Sikap, berhubungan dengan suatu objek sehungga lebih luas. Makin besar objek dikenai sifat, maka sifat dan sikap akan menjadi semakin mirip. Sikap biasanya mengandung penilaian terhadap suatu objek.
Ekstensi sense of self
Seorang mahasiswa semester akhir yang telah masuk dalam masa dewasa awal, berusaha untuk memperluas “link” agar mereka bisa memperluas pergaulan mereka, sehingga dengan mengenal berbagai macam orang mahasiswa itu belajar ubtuk lebih mengerti minat orang lain dan mengerti minatnya sendiri. Misalnya saja dalam hal pekerjaan yang akan ia geluti nanti. Dengan begitu ia mulai mempunyai rencana masa depan, apa yang ingin ia lakukan demi masa depannya.
Hubungan hangat/akrab dengan orang lain
Seseorang yang telah masuk ke masa dewasa awal dan madya pasti berusaha mencari kedekatan dengan lawan jenis, itu semua dilakukan untuk membina hubungan dengan orang lain. Seperti mencari pasangan hidup, serta meminta persetujuan keluarga atas pilihannya.
Penerimaan diri
Dalam masa ini emosi seseorang tidak lagi meluap-luap, misalnya saja ia diputus oleh kekasihnya, ia akan lebih bisa mengontrol diri, tidak mudah frustasi dalam menghadapinya.
Pandangan-pandangan realistis, keahlian dan penugasan
Bila seseorang mengalami masalah, misalnya saja masalah yang cukup besar dikantor, maka ia harus dapat mengatasinya tanpa panik atau malah merusaknya, ia pun sudah bisa memilih mana tugas yang cocok untuknya dan mana yang tidak.
Objektifikasi diri: insight dan humor
Contoh perilakunya adalah empati, kita harus bisa menempatkan diri di posisi orang lain, agar bisa diterima oleh masyarakat, kita tidak menjadi seseorang yang teralu subyektif. Dan juga dalam hidup ini kita butuh hiburan, seperti tv yang berisi acara komedi misalnya, itu tidak hanya dianggap sebagai sesuatu yang bisa ditertawakan, tetapi lebih agar kita bisa melihat keanekargaman manusia.
Filsafat Hidup
Seseorang yang mulai dewasa, ia pasti telah memiliki patokan dalam hidupnya, misalnya saja pemuda islam, ia pasti telah menaati perintah islam, dan menjadikan itu semua sebagai falsafah hidup maupun pegangan hidupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar